Modus Penipuan Struk Palsu – Assalamualaikum sobat Inspirilo, di artikel kali ini saya ingin sharing seputar pengalaman yang cukup berkesan, khususnya buat saya pribadi.
Kejadiannya sekitar 4 tahun lalu, yakni ketika saya nyaris jadi korban upaya modus penipuan. Bagaimana bisa? Dan modus penipuan seperti apa yang saya dapati?
Baiklah berikut akan saya coba ceritakan seperti apa detailnya. Terlepas dari bagus atau tidaknya tulisan ini, saya berharap kandungan isinya bisa bermanfaat bagi sobat yang membacanya. InsyaAllah.
Seperti kita ketahui bersama, dewasa ini yang namanya modus penipuan telah semakin menjamur. Banyak sekali jenis, bentuk, dan media yang diterapkan oleh si penipu dalam upaya mengelabui calon korbannya. Medianya bisa lewat online / Internet maupun offline.
Adapun yang saya alami ini adalah modus penipuan offline, bermodalkan kertas struk bukti transfer palsu.
Ada yang pernah tahu atau dengar modus sejenis itu? Oke, berikut saya coba kasih sedikit gambarannya.
Ilustrasi modus penipuan struk palsu seperti ini:
Si pelaku berpura-pura belanja di suatu toko. Kemudian meninggalkan toko dan barang belanjaan dengan alasan ingin membayarnya via Transfer Bank. Tentunya dengan membuat kesepakatan terlebih dahulu dengan si pedagang.
Beberapa saat kemudian, si pelaku kembali datang ke toko dengan hanya menunjukkan bukti transfer palsu. Di sini si penipu berusaha mengelabui sang pedagang bermodalkan struk tersebut.
Kalau memang si pedagang kurang hati-hati dan teliti, atau bahkan mungkin gaptek, pastinya akan sangat gampang dikelabui. Barang daganganpun dapat dibawa pulang dengan santainya secara gratis.
Seperti itu gambaran ilustrasi modus penipuan yang saya alami.
Bagaimana kisah selengkapnya tentang modus penipuan struk palsu ini? Kalau penasaran boleh baca terus sampai beres ya.
Berikut saya sajikan kronologi lengkap kejadiannya dari awal hingga akhir. Di bagian akhir ada satu momen langka yang niscaya bakal membuat perhatian sobat tercengang. Pokoknya sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. wkwkwk
Baiklah, daripada kelamaan bertele-tele, kita mulai saja ceritanya.
Modus Penipuan Struk Palsu
1. The Beginning
Kejadian yang saya alami ini berlangsung tepatnya pada tanggal 29 Juli 2015. Saat itu keseharian saya adalah menjaga dan mengelola toko grosiran milik kakak. Lokasinya di kawasan Perumnas 1 Tangerang.
Barang dagangan yang dijual adalah berbagai macam aksesoris pakaian. Seperti sabuk/gesper, dompet, tas kulit, jaket kulit/sintetis dan lain sebagainya.
Tokonya sendiri berdiri di sebuah bangunan ruko. Letaknya berada tepat di sisi jalan raya dan dekat dengan pusat keramaian Pasar Malabar Tangerang. Jadi cukup strategis.
Di sana saya bekerja mengelola toko dengan dibantu oleh seorang teman asal Bogor. Namanya Mista, namun biasa saya panggil Bang Tata.
2. Kedatangan si pelaku untuk berbelanja
Singkat cerita, pada sore hari ba’da Ashar, toko kami kedatangan seorang pria yang hendak berbelanja. Perawakannya tinggi besar dengan rambut gondrong. Lengkap dengan kacamata hitam terpasang di atas kepalanya. Dia datang dengan mengendarai motor.
Saya sendiri baru pertama kali melihatnya. Nampaknya dia memang pelanggan baru yang belum pernah belanja ke toko kami sebelumnya.
Pria inilah yang kemudian bakal jadi sorotan utama di cerita ini. Dan untuk mempermudah penyampaian, saya akan menyebut pria ini dengan nama Mr. K saja, ya. Karena Mr.X sudah terlalu mainstream 🙂
Oke lanjut.
Tanpa banyak basa-basi si Mr. K langsung mengutarakan niatnya untuk membeli sejumlah barang.
Mendapati ada orang yang ingin berbelanja tentunya kami merasa sangat senang. selanjutnya bapak tersebut menyebutkan akan membelanjakan uangnya senilai 17 juta.
“Kang, saya mau belanja barang buat dijual lagi. Ini saya ada 17 (juta). Tolong pilihin barang-barang paling bagus aja, soalnya buat saya jual di Mall”
Begitulah kira-kira seuntai kalimat Mr. K ucapkan ke saya. Sontak saya langsung sumringah saat itu juga. Jarang-jarang ada orang yang belanja dengan jumalah yang sedemikian banyaknya. “Alhamdulillah, rejeki dari Allah.” Begitu pikir saya.
Saat itu saya sama sekali tidak menaruh kecurigaan sedikitpun padanya. Saya cukup positive thinking bahwa ia memang benar-benar berniat belanja.
Tanpa menyiakan banyak waktu, kami langsung memilihkan barang-barang dengan kualitas dan merk terbaik. Mulai dari sabuk, dompet, tas, gantungan kunci kulit, dll. Semuanya kami pilihkan yang paling bagus dan mahal harganya. Sesuai dengan apa yang ia minta.
Sesekali dia juga menunjuk barang-barang tertentu untuk saya ambilkan. Kemudian Ia suruh totalkan supaya nominalnya jangan lebih dari 17 juta. Kalaupun lebih, gak usah banyak-banyak, ungkapnya.
Kami berdua (saya dan Bang Tata) cukup semangat dalam menyiapkan apa yang bapak tersebut ingin beli.
3. Pelaku meminta no. rekening untuk transfer pembayaran
Dan setelah dirasa cukup, kami pun mulai hitung total belanjaannya yang baru dikumpulkan tersebut. Akhirnya terbentuklah sebuah kumpulan barang bernilai Rp. 17.581.000 (Tujuh Belas Juta Lima Ratus Delapan Puluh Satu Ribu Rupiah).
Kami pun langsung informasikan jumlah barang dan totalannya kepada si Mr. K.
“Ini totalnya 17 juta lebih pak, gak apa-apa?” Tanya Bang Tata.
“Oh, iya gak apa-apa”, sahut si Mr. K
Namun kemudian, apa yang dia katakan selanjutnya sungguh di luar yang kami perkirakan.
“Kang, saya minta nomor rekeningnya, nanti saya bayarnya transfer saja. Itu entar dibungkus aja barangnya, kalau bisa dibikin satu karung, biar gampang bawanya. Sekarang saya mau keluar dulu, mau nagihin hutang ke temen, sekalian cari ATM buat transfer pembayarannya ke Akang”
“Wah,, saya kira mau bayar cash, Pak”, ucap saya sambil agak menyesalkan.
Toko kami memang belum menyediakan fasilitas pembayaran menggunakan mesin EDC Bank. Jadi masih serba manual. Jarang-jarang juga ada yang belanja, bayarnya dengan menggunakan kartu debit atau transfer.
Tapi ya sudah, saya turuti keinginannya. Sayapun kasihkan nomor rekening ke si Mr. K dengan menuliskannya di secarik kertas. Saya tulisakan nama Bank dengan nomor rekening, plus nama lengkap saya sebagai pemegang rekening.
4. Si pelaku pergi dari toko dengan alasan mencari ATM BCA untuk transfer
Mr. K pun berlalu pergi meninggalkan toko dengan alasan mencari ATM BCA untuk transfer. Kebetulan memang di kawasan sekitar toko tidak tersedia ATM BCA.
Dia berjanji akan balik lagi setelah maghrib atau Isya untuk mengambil barangnya. Artinya sebelum waktu tersebut ia sudah akan mentransfer pembayarannya ke rekening saya. Kamipun mengiyakan apa yang ia inginkan.
Setelahnya tugas saya dan Bang Tata adalah merapihkan barang belanjaan yang sudah dipisahkan tadi. Barang belanjaan senilai 17 juta lebih itu tentu bukan jumlah yang sedikit. Sesuai dengan permintaanya, kami mencarikan karung dengan ukuran paling besar alias jumbo.
Namun seperti telah kami duga sebelumnya, barang sebanyak itu memang tidak akan cukup jika dimasukkan dalam satu karung. Seandainya kami paksakanpun tetap tidak akan muat.
Setelah dimaksimalkan, kami hanya mampu memuatnya dalam 2 karung besar dan 1 karung kecil. Jadi total ada 3 karung.
“Ya sudahlah, tidak apa-apa, toh bisanya cuma segini. Mau dipaksain jadi satu karung, ya mana bisa.. barang sebanyak itu pasti gak bakalan muat. Soal nanti Bapaknya komplain, kita kasih penjelasan aja. Dia pasti ngerti”, ucap saya ke Bang Tata.
Semuanya sudah beres, tinggal menunggu si Mr. K transfer dan kembali mengambil belanjaan. Waktu sudah menunjukkan 5.30 sore, hampir mendekati maghrib rupanya.
5. Utusan si pelaku datang menyerahkan bukti transfer
Lepas sholat maghrib, tak berselang lama yang ditunggu pun datang. Namun yang datang bukanlah si Mr. K yang tadi berbelanja. Melainkan 2 orang pria yang mengaku sebagai utusannya. Mereka datang ke toko dengan mengendarai motor.
Sambil menyodorkan struk bukti transfer, orang tersebut bilang “Saya mau ambil barang yang tadi dibeli bapak xxx (Mr. K). Ini bukti transfernya, tadi katanya uangnya sudah dikirim”
“Oh oke”.. timpal saya. Sayapun mengambil struk bukti transfer yang diberikannya itu. Di situ saya sudah hampri sepenuhnya yakin bahwa uangnya memang sudah terkirim ke rekeing saya.
Tapi tentu belum valid kalau belum cek saldo di rekening. Langsung saya ambil HP untuk mengecek laporan mutasi transaksi saat itu via Internet Banking.
Namun apa yang terjadi?
Saat saya cek saldo dan mutasi transaksi, sama sekali tidak ada kiriman dana dari si Mr. K. Tidak ada uang masuk 17 juta sesuai yang tertera di struk bukti transfer.
Sampai sini, saya masih berprasangka baik. Saya pikir mungkin sistem Internet Banking BCA sedang gangguan.
Dalam keadaan seperti itu, pria utusan Mr. K itu terlihat berusaha hendak mengangkat karung berisi barang belanjaan yang jumlahnya 3 karung itu. Namun karena mendapati belum adanya tambahan saldo di akun rekening, saya larang dia untuk jangan dulu angkat barangnya.
Saya minta izin sebentar untuk mengecek saldo langsung via ATM BRI yang tepat berada di depan toko. Hasilnya nihil, sama sekali tidak ada saldo tambahan dari si Mr. K.
6. Upaya modus penipuan terkuak
Di sinilah saya baru tersadar sedang ada dalam upaya modus penipuan. Sehingga saat itu juga saya pastikan bahwa struk bukti yang ia beri tadi adalah struk palsu. Tampilan struknya adalah seperti di bawah ini.
Tampilannya nyaris seperti asli. Ya memang dilihat dari jenis kertas dan hasil print-out itu asli hasil dari ATM. Tapi entah teknik apa yang dia gunakan, hingga bisa menghasilkan bukti seperti itu, sementara pada kenyataannya sama sekali tidak ada transferan.
Seketika itu pula saya langsung menghampiri pria utusan si Mr. K itu untuk melarangnya membawa barang belanjaan. Terlihat satu karung kecil sudah berada tepat di bagian depan motor matic-nya.Saya langsung tegaskan padanya bahwa transferannya belum masuk. Jadi jangan dibawa dulu barangnya.
Kedua orang itu tampaknya sudah sadar modusnya tercium. Mereka menampakkan sikap yang kikuk, seakan salah tingkah. Kemudian langsung saja pamit, dan bilang malam harinya sekitar jam 9 akan kembali ke toko bareng si Mr. K. Biar lebih jelas, ungkapnya.
Malam pun berlalu.Tapi nyatanya Mr. K dan komplotannya tidak nampak kembali menunjukkan batang hidungnya. Bahkan tidak ada SMS atau telepon untuk sekadar memastikan perihal transferannya itu.
Logikanya, kalau memang dia benar-benar transfer pasti akan mengkonfirmasi. Bahkan nomor HP yang ia berikan sebelumnya pun langsung tidak aktif.
Ya.. fixed. Saya simpulkan Ini modus penipuan model lama namun dengan cara yang sedikit dimodifikasi.
Seketika saya bersyukur saat itu.
Di sini Saya bisa saja kecewa karena tidak jadi closing omzet sebesar 17 juta dalam sehari itu. Tapi tentu ada lebih banyak hal yang harus saya syukuri, yaitu masih diselamatkan untuk tidak kehilangan barang senilai 17 juta rupiah. Alhamdulillah.
Alasan kenapa si Mr. K menginginkan barang dimuat dalam 1 karung
Terjawab sudah alasan kenapa si Mr. K menginginkan barang belanjaanya dimuat dalam 1 karung. Rupaya hal itu bertujuan supaya gampang dibawa dalam sekali angkut. Supaya saya tidak punya banyak waktu untuk sekadar mengecek validitas dari bukti transfer yang ia berikan.
Cukup rasional memang. Tapi di sini ia kurang cermat dalam melancarkan modus penipuannya. Ia tidak memperhitungkan dengan baik jumlah barang dengan nominal uang 17 juta. Hasilnya barangnya overload dan jelas tidak bisa muat dalam satu karung saja.
Bisa dibayangkan jika memang barangnya hanya ada satu karung. Mungkin mereka bisa dengan mudah mengangkutnya, secara gratis tentunya.
Keesokan harinya, saya merasa perlu untuk membagikan apa yang saya alami di atas. Tujuannya tidak lain agar bisa berbagi pengalaman dan pelajaran pada lebih banyak orang. Agar bisa lebih berhati-hati dalam bertransaksi, baik itu di online ataupun offline.
Cara terbaik untuk berbagi yang terpikir kala itu ya cuma lewat share status di Facebook.
Mulailah saya buka Facebook App dan menuliskan apa yang telah saya alami sehari sebelumnya itu. Saya sertakan juga foto bukti transfer palsu tersebut.
Tak disangka tak dinyana, apa yang saya share terkait pengalaman tersebut seketika menjadi viral pada hari itu. Kurang dari 1×24 jam, status saya tersebut sudah di-like dan dikomentari oleh ribuan orang.
Seharian HP bunyi terus, PM berdatangan menanyakan kebenaran tentang apa yang saya alami. Friend Request dari orang-orang tak dikenal pun berdatangan.
Namun tidak sedikit juga yang membully, menyebutkan bahwa saya cuma mengarang cerita untuk cari sensasi. Kalau yang model begini sih, saya diamkan saja.
Tak lama kemudian, salah seorang teman saya di Facebook memberi tahu bahwa isi postingan saya telah diberitakan di banyak media mainstream Indonesia. ‘Salah dua’-nya dimuat di merdeka.com dan Brilio.
Berikut adalah tampilannya…
Ini adalah pengalaman pertama sepanjang sejarah saya ber-facebook ria, mendapati interaksi kiriman sebesar itu. Padahal biasanya tiap kali update status, yang interaksi tidak pernah banyak. Tapi bukan itu juga sih intinya. Yang terpenting itu apa yang saya tulis tentang modus penipuan struk palsu ini bisa tersebar manfaatnya ke lebih banyak orang.
Penutup
Saya percaya akan selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Dari kejadian ini saya juga jadi banyak belajar. Belajar untuk tetap senantiasa teliti dan tidak gampang dikelabui.
Selain itu, hikmah lainnya yakni saya jadi ada bahan buat diceritakan. Terlebih di Facebook, yang alhamdulillahnya banyak mendapat feedback positif dari para komentator.
Bagaimana? Apakah di antara sobat Inspirilo ada yang pernah mengalami modus penipuan juga? Dengan modus yang berbeda dengan saya, mungkin.
Silakan bisa ikut berbagi pengalaman dengan menuliskannya di kolom komentar. Dan jika sobat merasa artikel ini bermanfaat, silakan boleh di-share.
Sekian untuk kali ini. Sampai jumpa di artikel berikutnya. Terima kasih.