Pengalaman Tes STIFIn – Jika sobat berkunjung ke artikel ini lewat pencarian Google dengan kata kunci STIFIn atau Tes STIFIn, pastinya saya yakin bahwa sobat sudah tahu sedikitnya tentang apa itu STIFIn. Ya kan.
Adapun kalau memang belum tahu, karena nyasar ke sini secara tidak sengaja, ya tidak mengapa. Lewat artikel ini, sobat nantinya akan tahu tentang apa itu Tes STIFIn dan kenapa kita akan sangat membutuhkan si STIFIn ini dalam membantu perencanaan masa depan.
Saya kurang bisa mendeskripsikan tentang definisi STIFIn secara resminya. Jadi akan saya sampaikan sepemahaman saja. Namun tetap berdasar pada sumber-sumber yang relevan.
Apa itu STIFIn & Tes STIFIn?
STIFin itu adalah sebuah cara/metode untuk mengetahui potensi kecerdasan yang dimiliki oleh sesorang. Karena pada dasarnya setiap orang punya potensi kecerdasan yang dikendalikan oleh sebuah Mesin Kecerdasan. Metode ini dikembangkan oleh seorang toko bernama Farid Poniman, bersama kek Jamil Azzaini dan Indrawan Nugroho, yang tergabung dalam sebuah lembaga pengembangan diri KUBIK Leadership.
Tes STIFIn ini telah melewati riset selama belasan tahun. Dan sekarang dengan berbagai peningkatan yang dilakukan, hanya bermodalkan sidik jari, kita bisa menganalisa mesin kecerdasan yang dimiliki seseorang. Sehingga dengan begitu nanti, kita jadi bisa tahu apa sebenarnya cetak biru / jalan hidup yang cocok kita tekuni.
Jadi cara yang dilakukan dalam tes STIFIn ini adalah dengan pindai / scan kesepuluh sidik jari tangan.
Dalam konsep STIFIn ini kita akan mengenal 5 jenis Mesin Kecerdasan (sering disingkat juga dengan MK). Yakni antara lain: Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan yang terakhir yaituInstinct.
Setiap orang itu unik dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang benar-benar sama jika ditinjau dari segi karakter. Namun pada dasarnya dengan konsep STIFIn ini, seluruh karakter manusia bisa diklasifikasikan ke dalam 5 jenis mesin kecerdasan yang saya sebutkan di atas.
Dengan mengetahui tipe Mesin Kecerdasan yang dimiliki, kita akan bisa menentukan jalan terbaik yang bisa kita tempuh dalam menjalani kehidupan. Karena tidak jarang ada orang yang bingung dan bertanya-tanya, mau jadi apa sebenarnya saya ini. Nah dengan STIFIn kita bisa diarahkan untuk bisa ada di jalur ‘karpet merah’ yang seharusnya. Jalur yang jelas dengan peluang sukses yang tinggi.
Banyak orang yang telah menghabiskan biaya kebodohan dalam kehidupannya. Apa itu biaya kebodohan?
Secara bebas, saya artikan istilah tersebut sebagai sejumlah materi yang kita keluarkan untuk sesuatu yang bukan jalan terbaik bagi hidup kita. Misal seorang anak sebenarnya memiliki potensi dalam bidang olahraga, namun oleh orangtuanya dimasukkan ke sebuah pelatihan/les musik atau kursus masak.
Lebih lanjut tentang konsep STIFIn ini, nampaknya tidak akan saya jelaskan di sini. Karena pembahasannya akan sangat panjang. Untuk mengetahui dan mempelajarinya sendiri, sobat bisa download dan baca Ebooknya di sini.
Atau boleh juga sobat menonton video penjelasan dari Pak Farid Poniman berikut ini:
Mekanisme cara Tes STIFIn
Bagaimana Tesnya? SImpel saja, tes yang dilakukan adalah dengan memindai atau scan kesepuluh sidik jari tangan kiri dan kanan. Scanning-nya menggunakan sebuah scanner yang telah dirancang khusus untuk melacak mesin kecerdasan yang kita punya.
Dengan Tes STIFIn, sobat bisa lebih yakin dalam menentukan arah tujuan hidup mau dibawa kemana. Lebih lanjut lagi, hasil daripada Tes STIFIn ini bisa digunakan untuk menentukan jurusan pilihan ketika kuliah, pekerjaan seperti apa yang harus saya tekuni, mengarahkan potensi bakat anak sedari kecil, bahkan hingga penentuan pasangan hidup yang saling menguatkan, bisa kita pakai haasil Tes STIFIn sebagai pedoman.
Tes STIFIn hanya dilakukan sekali dalam seumur hidup. Dan sudah bisa dimulai sejak usia 3 tahun.
Ini sama sekali bukan ilmu ramal-meramal. Tujuan dari dilakukannya tes ini adalah untuk mencari tahu potensi diri kita yang sebenarnya, lebih condong ke bidang apa. Kita jadi bisa mengenali diri sendiri.
Sejalan dengan yang telah diungkapkan oleh Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, yang berbunyi:
Barang siapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya.
Mengikuti Tes STIFIn adalah salah satu bentuk penyampaian syukur kita akan potensi yang telah diberikan Tuhan pada kita. Bukan lagi mengeluhkan atas apa yang tidak kita punyai.
Setiap orang itu punya kelebihan. Ada orang yang kelebihannya secara fisik dan berpotensi jadi seoarang atlet dunia. Ada orang yang kelebihannya dalam hal intelegnsi, ada orang yang kelebihannya dalam hal seni, agama dan lain-lain.
Kelebihan-kelebihan tersebut dan kecenderungan ke arah mana hidup kita yang sebenarnya harus dipupuk dan tumbuhkan. Jangan malah sibuk memperbaiki kelemahan yang kita punya.
Tingkatkan kelebihanmu hingga jadi seorang ahli, lalu biarkanlah kelemahanmu itu terlatih secara alami dengan sendirinya.
Berilmu setingkat di atas bersyukur. Bersyukur setingkat di atas bersabar. Terhadap kelemahan kita hadapi dengan bersabar. Terhadap kelebihan kita gunakan dengan bersyukur. Cara bersyukur dan bersabar yang baik memerlukan berilmu. – Farid Poniman
Awal mula saya tahu STIFIn
Saya tahu tentang STIFIn sebenarnya sudah lama, yakni sekitar tahun 2015. Waktu itu saya tahu setelah baca postingan blognya Jonru Ginting. Tahu Jonru kan? tau lah ya.. Itu lho yang artis Facebook yang namanya mencuat sejak Pilpres 2014 lalu. Kalau tidak tau, ya sudah, boleh di-skip kok.
Waktu itu Om Jonru membagikan postingannya tentang jati diri. Judulnya adalah Inilah Rahasia Besar di Balik Ucapan “Gue Mah Gitu Orangnya”. Ya..kalimat “Gua mah gitu orangnya” memang waktu itu sedang viral-viralnya.
Dari postingannya tentang jati diri itu, saya jadi tahu sedikitnya tentang Tes STIFIn. Beliau membagikan sebuah pesan bahwasanya kita harus bangga dengan diri kita sendiri. Dan sah-saja ikut bilang, “Gua mah gitu orangnya”, selagi terkait dengan potensi yang sudah diberikan Allah kepada kita.
Di bagian akhir artikelnya, Om Jonru menyisipkan sejenis pesan bernada iklan. Bahwa jika ingin mengetahui potensi dan jati diri, lebih baik ikut Tes STIFIn. Namun sama sekali tidak terpikir waktu itu untuk ikut-ikutan tes. Selain karena masih belum terlalu banyak cari tahu, saya juga merasa belum butuh saja waktu itu.
Kembali disentil informasi STIFIn
Dan barulah mulai sekitar awal tahun 2017 saya kembali disentil dengan info seputar STIFIn ini.
Di Facebook, saya berteman dengan salah seorang praktisi bisnis online bernama Om Andro. Nah pada saat itu, beliau sedang rajin-rajinnya share infro terkait STIFIn. Kebetulan beliau juga baru ikut Tes STIFIn dengan hasil MK : Insting dan belakangan beliau juga jadi promotor STIFIn di daerahnya, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan.
Di status-statusnya, Om Andro sering menjelaskan tentang pentingnya Tes Stifin. Tak jarang beliau juga memberikan tips seputar STIFIn berdasarkan mesin kecerdasan masing-masing.
Lama kelamaan, karena keseringan dapat infomrasi terkait STIFIn di timeline facebook, saya pun kembali mencari tahu tentang apa dan bagaimana sih si STIFin ini bekerja. Hingga disebut sebagai cara paling powerfull dalam menentukan potensi mesin kecerdasan paling optimal yang ada dalam diri kita.
Adapun saya sendiri juga sebenarnya mengalami kebingunan akan potensi serta mesin kecerdasan apa yang saya punya. Pertanyaan sejenis itu selalu menghampiri otak setiap saatnya.
Saya jadi baca banyak artikel tentang STIFIn, ditambah baca ebook STIFIn yang link downloadnya saya taruh di atas. Lambat laun saya jadi tertarik dan merasa perlu untuk ikut Tes STIFIn juga. Tujuannya tidak lain ingin mengetahui dengan pasti jalur yang seharusnya saya jalani sebagai arah tujuan hidup.
Karena memang kadang saya masih merasa bingung, saya ini cocoknya menekuni bidang apa. Jujur, saya adalah tipe orang yang mudah loncat-loncat, dari satu bidang ke bidang lain tanpa benar-benar menyelesaikannya. Pernah saya merasa sedikitnya frustasi dengan keadaan tersebut, dan saat itu saya mendapati bahwa ikut Tes STIFIn adalah solusi yang bisa saya ambil.
Tes STIFIn di Tangerang
Mulailah saya mencari informasi terkait STIFIn di Tangerang. Ya, waktu itu sekitar bulan April 2017, saya sedang bekerja di sana.
Akhirnya setelah mencari info di Internet, saya berhasil menghubungi salah satu promotor STIFIn yang siap datang ke kontrakan saya untuk membantu proses tes. Namanya Pak Hadi. Kebetulan beliau yang ‘memegang’ wilayah Serpong, Tangerang Selatan untuk urusan Tes STIFIn.
Bagi sobat yang juga tinggal di Tangsel / sekitarnya jika ingin Tes STIFIn, bisa hubungi Pak Hadi via WA dengan klik tombol WA hijau di bawah ini. Langsung terhubung ke beliau.
Singkat cerita, waktu itu setelah janjian sehari sebelumnya, kami pun bertemu. Pak Hadi yang datang ke kontrakan saya di daerah Pondok Jagung, Serpong. Jadi saya tidak perlu repot-repot keluar. Waktu itu tepat hari Minggu di bulan April 2017. Dari informasi yang saya dapatkan darinya sesaat sebelum tes, diketahui bahwa proses tesnya hanya sebentar. Tidak lebih dari 5 menit untuk scan sidik jari. Dan sekitar setengah jam untuk penjelasan hasil tes dan konsultasi tanya jawab.
Ya tesnya cuma scan sidik jari. Tidak ada tes tertulis atau tes lainnya untuk mengisi berbagai macam pertanyaan yang bikin pegal.
Harga Tes STIFIn
Untuk harga tes STIFIn sendiri, sesuai dengan yang saya keluarkan waktu itu adalah senilai Rp. 350.000 (Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Itu adalah harga yang sudah jadi standar dalam Tes STIFIn secara nasional. Tidak boleh dikurangi atau dilebihkan. Begitu kira-kira info yang saya dapatkan.
Selain dapat hasil tes, saya juga mendapatkan Buku Penjelasan Hasil Tes STIFIn dan juga Sertifikat Tes STIFIn yang kemudian akan dikirim setelah dilakukan proses cetak. Ditambah lagi, kita dapat bonus untuk bisa selalu bertanya atau berkonsultasi dengan promotor.
Jadi saya kira, nominal uang sejumlah itu cukup layak kita bayarkan untuk mendapat semua hal di atas. Karena hanya sekali seumur hidup.
Prose Tes STIFIn
Pak Hadi pun mengeluarkan laptop dan scanner yang bentuknya cukup kecil untuk keperluan tes tersebut.
Dan setelah semuanya dirasa sudah siap, proses tes pun dimulai. Kesepuluh jari tangan kanan dan kiri saya satu persatu dipindai di scanner tersebut. Benar saja, tidak sampai 2 menit proses pindai sudah selesai.
Software STIFIn di laptopnya Pak Hadi pun terlihat sedang ada proses loading. Tanda bahwa data sidik jari saya sedang diolah dan dianalisa. Untuk kemudian akan keluar hasil tes yang menunjukkan mesin kecerdasan saya yang paling dominan.
Sempat dibuat dag dig dug ser waktu nunggu hasilnya. Bertanya-tanya dalam hati. Seblumnya juga sudah sempat menebak-nebak sih. Bermodal bacaan artikel-artikel dan buku STIFIn, saya berpikir mungkin MK saya itu Feeling. Karena saya orangnya suka gak enakan, dan apa-apa suka kebawa perasaan alias baperan.. haha
Kurang lebih 2-3 menit berselang setelah scanning, hasil pun muncul. Dan apa yang terjadi, ternyata tebakan saya salah. MK saya tidak seperti yg saya pikirkan/tebak sebelumnya.
Sedikit kaget juga. Bukan kaget karena lihat hasilnya, tapi kaget saat dengar ucapan Pak Hadi yang seketika itu bilang “Wiihh!” dengan ekspresinya yg agak menyala-nyala. Entah itu ekspresi asli atau dibuat-buat, saya tidak tahu. hehe.
Tp yang jelas katanya orang dengan MK ini termasuk langka. Dan paling sedikit diantara jenis MK lainnya. Serasa terbang jadinya dibilang begitu. 🙂
Cocok! I’m the Instinct
Jadi, bagaimana hasil tesnya? MK apa yang paling dominan di diri saya? Baik, di sini akan saya beritahukan lengkap dengan penjelsannya.
Hasil tes STIFIn saya tersebut di atas adalah INSTINCT atau dalam bahasa Indonesia ditulis INSTING.
Pak Hadi kemudian menjelaskan sekilas tentang bagaimana karakter si Insting ini. Hal pertama yang beliau bilang dan saya masih ingat adalah, seorang Insting ini memiliki Indera ke-7. Apa pula itu indera ke-7. Yang ke-6 aja perasaan belum punya.. wkwk
Tapi kemudian Pak Hadi menjelaskan lebih lanjut, bahwa Indera ke 7 yang dimaksud adalah dalam hal kekuatan naluri. Seorang Insting mempunyai naluri yang kuat dibanding MK lainnya. Misal dalam hal berfirasat akan terjadi sesuatu, seorang Insting seringkali tepat dalam memperkirakannya.
Disebutkan pula bahwa orang Insting itu adalah orang yang generalis, serba bisa dan banyak tahu. Namun di balik keserbabisaanya itu, ia juga serba nanggung. Dapat dengan mudah berpindah ke project lain, tanpa menyelesaikan terlebih dahulu project yang sebelumnya digarap.
Ya, kodratnya seorang insting memang seperti itu. Ia dilahirkan untuk serba bisa dalam banyak bidang. Namun tidak benar-benar ahli. Dan hampir tidak ada satu bidangpun yang benar-benar dikuasai secara mendalam. Itulah karakter seorang Insting yang generalis. Berbeda dengan MK lain yang dapat dengan mudah diarahkan menjadi seorang spesialis dalam bidang-bidang tertentu.
Saat mendengar penjelasan dari Pak Hadi tentang karakter seorang dengan MK Insting itu, mengangguk-angguk saja saya dibuatnya. Dalam hati berkata, “kok penjelasannya gue banget sih“. Ya saya memang orangnya suka gagal fokus. Waktu di sekolah juga hampir semua pelajaran bisa saya lahap dengan gampangnya. Tapi tidak ada satupun yang benar-benar saya kuasai secara mendalam dan jadi expert di dalamnya.
Namun ada kelebihan lain dari seorang Insting, yakni mempunyai tingkatan spiritualitas paling tinggi dibanding yang lainnya. Orientasi dan kemestrinya bukan mengarah kepada uang, tapi pada kebahagiaan. Orang Insting itu yang penting bahagia. Salah seorang promotor STIFIn yang saya kenal di Facebook pernah berujar bahwa do’anya orang Insting itu tembus sampai ke langit.. hihi. Jadi jangan main-main ya sama orang Insting. 😀
Orang insting juga memiliki sifat cari amannya saja. Tidak menyukai konflik, cocok dan seringkali jadi pelerai yang mendamaikan.
Dalam hal kepemimpinan, orang Insting juga akan lebih cocok dan optimal jika memegang peran sebagai wakil ketua. Jika harus mengambil contoh sebagai role model, maka sosok yang kiranya cocok adalah Pak Wakil Presiden Jusuf Kala. Beliau adalah orang dengan mesin kecerdasan Insting. Kita tahu Pak JK ini sudah 2 kali sukses menduduki posisi sebagai wakil presiden dengan presiden yang berbeda.
Sekolah : agama, jasa kemanusiaan, musik, culinery, perhotelan, jurnalisk, pengetahuan umum, performance, ilmu/keahlian yang perlu naluri, ilmu charity, dll
Karir : spiritualis, pelayan masyarakat, mediator, akvis, LSM, ars/pemusik serba-bisa, chef, tangan kanan untuk semua posisi dan semua industri, wartawan, kolumnis, generalis, presenter serba-bisa, penjaga gawang bernaluri, penggiat kemanusiaan, dll
Tambahan lagi, Pak Hadi juga sempat bilang bahwa orang Insting itu orangnya punya kelebihan rela berkorban untuk orang lain. Maka dari itu jangan heran kalau orang Insting uangnya habis bukan untuk keperluan dirinya, tapi seringkali untuk kebutuhan orang lain. Makanya orang jenis ini sangat cocok bergerak dalam bidang charity dan keagamaan.
Lebih lanjut tentang penjelasan Tes STIFIn Insting oleh Pak Farid Poniman
Saya Menyesal ikut Tes STIFIn
Ya, pada akhirnya memang yang namanya penyesalan akan datang di ujung/akhir. Kalau di awal itu namanya registrasi. Saya menyesal ikut tes STIFIn ini. Menyesal kenapa tidak dari dulu melakukannya, saat pertama kali tahu. Sudah cukup banyak barangkali biaya kebodohan yang saya keluarkan karena merasa bingung dengan jalan hidup pasti yang harus saya pilih. Sering gagal fokus dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan.
Tapi tentu tidak ada gunanya menyesal, apalagi karena menganggap telah terlambat melakukan tes STIFIn. Allah pasti sudah mempersiapkan yang terbaik. Alhamdulillah kini berkat STIFIn, jalur menuju karpet merah saya semakin terlihat.
Habis tes STIFIn, terus ngapain?
Seperti telah saya sebutkan sebelumnya, bahwa hasil tes STIFIn yang telah dilakukan itu bisa jadi rujukan untuk menentukan pilihan. Pilihan dalam menentukan jalan hidup yang gue banget. Jadi seyogyanya hasil tes yang telah didapat itu dipelajari dan sebisa mungkin kita ikuti tips-tips dalam mengoptimasi mesin kecerdasan yang kita punya.
Satu lagi yang paling berpengaruh adalah lingkungan. Dalam konsep STIFIn, kita menganut paham dan rumus yang menyebutkan bahwa => Fenotif = 20% Genetik + 80% Lingkungan. Karakter bawaan gen selamanya tidak akan berubah secara kodrat.
Namun jika lingkungan tempat tinggal tidak mendukung, maka potensi kecerdasannya bisa saja tidak teroptimasi secara optimal. Jadi pilihlah lingkungan yang benar-benar mendukung dalam proses optimalisasi mesin kecerdasan kita.
Makanya tidak heran ada beberapa kasus orang yang setelah dites dengan metode STIFIn, merasa hasilnya sangat jauh dari yang sebenarnya dia alami. Hal itu bisa saja terjadi karena dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang mendukung.
Misal seorang Insting itu dikenal banyak temannya. Namun jika ada kasus seorang insting memiliki hanya sedikit teman, berarti hampir pasti lingkungannya kurang mendukung.
Selalu konsultasikan setiap keluhan dan pertanyaan kepada promotor. Insya ALlah mereka para promotor akan menjawab dan melayani dengan baik.
Alhamdulillah saya sendiri, berkat pedoman STIFIn ini, atas Izin Allah tentunya, sekarang saya merasa sudah ada dalam kehidupan yang gue banget itu. Saya sudah menemukan lingkungan yang mendukung mesin kecerdasan seorang Insting. Alhamdulillah.
Penutup
Baik, barangkali itulah pengalaman saya saat melakukan tes STIFIn yang bisa saya ceritakan sekarang. Di bagian penutup ini, kembali ingin saya tekankan bahwa tujuan dari tes STIFIn itu sendiri adalah untuk menunjukkan jalur cemerlang yang harusnya kita jalani. Sebuah jalur karpet merah milik kita sendiri. Dengan begitu, kita jadi bisa lebih terarah dalam menjalani hidup.
Hidup itu harus direncanakan, dan kita harus tahu petanya hingga mencapai tujuan. Bayangkan sebuah bus antar kota, pasti tujuannya jelas kan. Dengan begitu bus tersebut bisa sampai di tujuan dengan melewati jalan yang memang seharusnya dilewati. Coba kalau tidak punya tujuan, bus tersebut berjalan terus tanpa tahu mau kemana dan bingung jalur mana yang harus ditempuh. Akhirnya hannya muter di situ-situ saja.
Begitulah kira-kira peran dari tes STIFIn sendiri. Fungsinya sebagai penentu tujuan dan menyediakan petanya.
Baik, di sini tentu kapasitas saya bukan sebagai motivator atau penceramah. Hanya seorang yang berusaha membagikan setiap pengalaman hidup yang dianggapnya bisa bermanfaat bagi orang lain. Dan semoga postingan ini bermanfaat.
Silakan bagi sobat yang ingin melakukan tes STIFIn, bisa cari info-info promotor di kota sobat masing-masing. Hanya sekali seumur hidup. Jangan sampai sobat terlalu banyak mengeluarkan biaya kebodohan. Segeralah temukan jalur karpet merahmu. Adapun buat yang tinggal di Tangerang, bisa menghubungi promotor saya via WA dengan mengklik tombol di bawah ini.
Sekian postingan ini. Terima kasih.
mantaps nih pengalamannya, inspiratif. Jika ingin tidak se-menyesal mas Rusman, ayo segera ambil kesempatan tes ini.
Makasih Mas Rusman, sukses selalu…
Assalamualaikum
Kita sama-sama instinct, Agan.
Betul sekali kalau dibilang menyesal. Justru sangat sangat menyesal nggak dari dulu tau stifin ini, ya.
Saya baru tes bulan lalu dan saya sedang mencari promotor area Bontang untuk tes anak saya. Agan ada info?
2hr yg lalu baru tes, hasilnya insting jg. Manusia langka ktnya
Alhamdulillah….mantabs pengalamannya mas.
Sy tinggal di wilayah Jakarta Barat, saya ingin test Stifin utk ketiga anak saya, bisa minta tolong info promotor di wilayah Jakbar?
Terima kasih sebelumnya